Senin, 12 April 2010

Dari Aku Untuk Sahabat part 14 ** Sahabat masa laluku, from respect to love**

Pernah gak sih mencintai seorang sahabat yang kita kenal dan hormati,mungkin ini bagian kisah yang akan ku ceritakan padamu….
Kisah ini berawal dari pertemanan yang tulus yang akhirnya berubah menjadi cinta yang entahlah mungkin sampai sekarang belum pupus.dan masih membekas dihati, sedikit menggambarkan sebuah cerita untuk kalian semua, sengaja aku memakai tokoh "aku" untuk tokoh utama dan "dia" untuk second tokoh.
Berawal dari sebuah perkenalan yang singkat, saling memandangi dan berbalas senyum, mangawali keseharian bersama sampai Waktu dan kebersamaan yang membuat aku jatuh cinta kepada dia. Kekecewaanku pada sikap pacarku sendiri tertutup oleh sikap peduli yang tak bisa aku dapatkan dari pacarku. Begitu pun dia punya kisah yang hampir sama denganku, atas dasar kesamaan kisah inilah kita sering berbagi cerita baik itu sedih ataupun bahagia, sungguh Aku nyaman bersamanya……
Sebenarnya bukan Alasan mencintainya atas dasar sebuah kesamaan kisah dan kenyamanan hati, bukan alasan juga harus membagi hati saat aku menemukan sosok yang berbeda dan kutemukan didia, tapi satu hal yang membuatku kagum dia sangat menghormati dan menghargaiku itulah alasan mengapa dia semakin membuat aku menyanyanginya. Kesederhanaan, perhatiannya, membuatku menjadi sosok pria yang biasa menjadi luar biasa, keikhlasannya hatinya membuat aku semakin nyaman bersamanya. Meski aku tak tau apa yang dia rasakan saat bersamaku, tapi melihat senyum indahnya membuatku yakin bahwa apa yang dirasakan bisa jadi sama dengan apa yang kurasakan saat itu
Tetapi aku adalah lelaki yang sudah berkomitmen dan aku harus menghargai komitmen yang sudah aku buat. Aku tidak boleh jadi pengkhianat komitmenku sendiri. Apapun yang aku rasakan aku harus setia pada komitmenku. Disatu sisi kalaupun aku harus memaksa untuk berkhianat dengan komitmenku tetap saja dia tidak bisa karena akan menyakit dua hati sekaligus, dan belum tentu dia juga mau untuk mengabaikan komitmennya, pergolakkan batin terus mewarnai kesaharianku bersamanya, satu sisi enggan rasanya melepas dia dan memilih tetap berkomitmen tapi disisi lain apakah adil berkhianat dengan komitmen sementara diapun enggan melepas sang kekasih hatinya, tapi keegoisanku memaksaku untuk memilih meski terkadang aku mencoba mengabaikan egoku untuk tidak memilih dan menikmati kebersamaan ini
Sampai pada suatu saat ada peristiwa besar yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku….. Ma'afkan aku, karena aku tidak bermaksud untuk membuatnya dalam posisi tersudut. Aku memaksanya untuk memilih, memilih untuk terus bersamaku atau pergi meninggalkanku dan melupakanku dari hatinya. Aku tahu dia terluka, aku tahu dia bingung karena tidak mungkin baginya merusak komitmen yang di pertahankan nya selama 6 tahun, tapi sulit juga baginya untuk melupakkanku, Aku semakin sedih karena ternyata akhirnya aku yang memutuskan untuk pergi jauh dari kehidupannya dan mencoba melupakanmu walaupun kepergianku karena alasan tak mampu menyakitimu tapi jujur itu adalah sebuah arogansiku saja agar dia membenciku meski ku tau dia takkan mungkin bisa..
Sampai pada suatu saat, aku bertemunya di sebuah kampus, hatiku tersentak ketika melihatnya menyapaku dan melambaikan tangannya padaku, sungguh luar biasa orang yang selama ini kucurangi masih mau menganggapku ”sahabat masa lalunya”, mengajakku duduk disebelahnya sambil sedikit tersenyum, senyum yang kurindukan sekian lama, senyum yang mulai ku lupakan, dia menanyakan kabarku, dan bercerita tentangnya. Dia bahkan tidak membahas masa lalu tapi membahas masa depan kita. Bahagia sekali aku rasakan saat itu. Tetapi aku adalah aku tetap canggung dan grogi bila bersamanya, aku mencoba membiasakan diri untuk mejadi sahabat masa lalunya juga... dan akhirnya hari itu ku lewati dengan prakmatis, Diam dan tersenyum,
Dan aku sadar bahwasannya sekeras apapun hatiku tetap saja cinta tak akan memilihku, seapapun aku memaksanya tetap tak akan bisa merubahnya, seteguh apapun keinginkan tetap dia tak akan memilih dan Aku telah memilih dengan konsekuensi yang harus ku jalani meski ternyata aku tak bisa melupakannya, aku selalu merindukannya , selalu ingin bertemu dengannya. Tetapi, Aku telah memilih yang menurutku terbaik untuk kita semua. Dan ketika dia bertanya kenapa aku harus pergi dan menjauh darinya adalah alasan kenapa aku sulit melupakanmu, adalah alasan betapa aku berharap banyak darinya dan adalah alasan kenapa aku takut akan kehilangan senyumnya, meski diakhirnya adalah sebuah kepahitan yang menggores sedalam pedang merobek hati yang bekas lukanya menyadarkan ku akan sebuah cinta dan realita...
Biarkan ini menjadi sebuah cerita yang mereferensikan pengalaman cinta ini, aku yang sekuat baja mempertahankanmu tetapi harus luluh lantah bak es yang mencair, aku yang sekeras batu harus terkikis bagaikan karang terhempas ombak dan aku yang lemah, yang selalu merindukannya. Dan dia yang meinspirasikanku bahwa Cinta memerlukan pengorbanan dan pengorbananku adalah menjaga agar dia tetap dihatiku tapi dia mematahkan bahwa bukan hujan kalau tidak menyisakan pelangi dan bukan lah dirinya kalau bukan sahabat dimasa laluku.
Sampai sekarang, kamu masih ada dalam hatiku dan semakin indah berada dalam hatiku. Sekarang aku bahagia karena aku semakin bisa menyadari bahwa bahagianya bukan bisa menjadikanku bersamanya untuk saling mencintai tetapi bersamaku untuk sahabat yang salalu menyayangi, sebagai seorang kakak yang menghargai dan menghormati saudaranya satu sama lain, aku yakin bahwa itu pasti lebih baik dibanding keinginan egoku. Untuk tetap mencintaimu
Bawalah aku dan kenalkan aku padanya (Semua orang yang kau sayangi ) sebagai seorang sahabat dan saudara.
inila realita sebuah cerita cinta” bahwa cinta harus mengorbankan, dan tak ada cinta yang selalu berakhir kebahagian, apaun alasannya cinta tetaplah cinta, mau itu menyenangkan, menyedihkan, pahit manis adalah bagian dari romantika kisah cinta kita, dan apapun kisah cintamu maknai sebagai sebuah perjalanan panjangmu mencari cinta sejati
Tulisan ini ku dedikasikan untuk “ sahabat lamaku” yang terjebak dalam dilema diriku

Tidak ada komentar: