Senin, 12 April 2010

" LENTERA JIWA"

Banyak yang bertanya mengapa aku mengundurkan diri dari tempat aku bekerja, padahal saat itu karir ku sedang menanjak dan akan menjadi seorang supervisor disalah satu perusahaan retail ternama dijakarta.
kenapa juga aku harus memilih untuk kuliah dan mengambil jurusan ekonomi saat usiaku beranjak tua dan basic awal ku adalah seorang tehnik, Memang sulit bagi ku untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa aku keluar dan memilih untuk kuliah bukan karena aku tak mampu jadi pemimpin atau dikarenakan aku marah akan situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang meningkat dan saat usia beranjak dewasa aku baru bisa menentukan mana yang terbaik untukku .
Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali aku mengambil keputusan sulit. Pertama saat berkerja di pabrik, aku membiarkan diriku diputus kontrak kerjanya hanya karena aku tak mampu menyusaikan kondisi fisik dengan linkungan kerja yang terlalu berat, kedua disaat aku mulai merasa jenuh dan tidak nyaman dengan posisi sebagai seorang supervisor dan sekarang aku memimilih untuk kuliah dijurusan ekonomi disaat usia yang semakin tua dengan basic pendidikan yang tidak nyambung sama sekali Dalam sejarah hidupku
Mungkin alasan kenapa aku kuliah adalah dikarenakan ingin menjadi orang yang lebih baik dari sekarang, menjadi orang yang berharap bisa dihargai nanti dengan status sebagai sarjana dan mengapa harus memilih ekonomi, jujur mungkin itu yang aku kuasai disaat otak tua ini tak mampu untuk berpikir terlalu jauh, kalau saat sekolah STM dulu aku mampu untuk menantang kesulitan dan mampu berjibaku dengan peliknya dunia tehnik tapi sekarang tidak, aku merasa tehnik bukan bidang yang nyaman untuk aku tekuni. karena sejujurnya aku lebih tertarik dengan ekonomi dan tuntutan untuk sekolah di STM hanya karena orang tua yang ingin aku sekolah di kejuruan agar mampu bersaing didunia kerja meski pada kenyataan aku tak sanggup.
Alasan ini hampir sama dengan Andy F Noya yang menjadi inspirasiku. Saat aku membaca buku Andy’s corner, tertulis ketika beliau tamat STM. Beliau tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang dan lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta, walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah dengan bekerja sebagai jurnalis.
Alasan berikutnya kenapa harus berhenti kerja terlalu kecil gerak dan batas berpikir untuk berkembang, ibarat sebuah ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.
Dan ketika membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese yang bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.
Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.
Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.
Setelah membaca buku itu ada dorongan yang luar biasa, semangatku muncul dengan gairah yang luar biasa untuk maju dan berkembang. Memilih arah sesuai panggilan hati. dan ingin maju dan terus maju kearah yang lebih baik , menjadi seseorang yang tidak mau disepelehkan oleh orang lain, menjadi orang yang tidak mengecewakan orangtua, saudara dan para sahabat –sahabat yang selalu melindungi ku.

Maka Ketika mendengar cerita dari para teman dikampus yang notabane bingung ketika ditanya mengapa mengambil jurusan yang sekarang dia geluti.banyak diantara mereka tidak tau entah kenapa memilih itu tapi banyak beralasan dikarenakan orang lain. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.
Dan Saat membaca berbagai tokoh yang sukses karena memilih jalan yang sesuai dengan hatinya dan bahagia. membuatku mengambil suatu pelajaran yang berharga melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka.
Adalah Bara Patirajawane seorang juru masak yang sering kita lihat di salah satu televisi swasta sebagai pemandu acara masak-memasak, dia adalah seorang anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu juru masak (koki) dan kini memiliki restoran sendiri. Dia sangat bahagia dengan apa yang dia kerjakan saat ini,.Padahal, orangtuanya menghendaki dia mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.
ada juga Wahyu Aditya seorang animator yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.
Dan juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.
Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.
Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi mereka bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus tidak mengenal lelah dan capek tetap ikhlas melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati, merasa selalu bahagia ditengah-tengah kepenatan hidup.
Seperti dalam lirik lagu Nugie yang berjudul lentera jiwa :

“Lentara Jiwa”

lama sudah kumencari apa yang hendak kulakukan
sgala titik kujelajahi tiada satupun kumengerti
tersesatkah aku disamudra hidupku

kata-kata yang kubaca terkadang tak mudah kucerna
bunga-bunga dan rerumputan bilakah kau tahu jawabnya
inikah jalanku inikah takdirku

Lirik lagu Lentera Jiwa - Nugie

reff:
kubiarkan kumengikuti suara dalam hati
yang slalu membunyikan cinta
kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku
lentera jiwaku

Berbahagialah kalian yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah kamu yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.
Karena aku masih terus memilih dan mencari mana yang terbaik tapi alasan ku sudah cukup menggambarkan maksud hatiku dan ku sampaikan kepada mereka yang bertanya, semoga itu memuaskan kekhawirannya dan ketidak yakinanku…….
Semoga tulisan ku bisa menginspirasikna para sahabat-sahabatku untuk hidup lebih bahagia, karena dari aku untuk sahabat!!!

Tidak ada komentar: